Bila orang jawa mendengarnya, istilah kata duduk sampean sudah tidak asing lagi, dalam artian bahasa jawa, kata "duduk" bisa berarti "bukan" atau bahkan "lenggah", sedangkan dalam kata "sampean" bisa berarti "kamu", "koe" atau dalam bahasa halusnya "panjenengan". dua kata ini yakni "duduk sampean", bila disebutkan pada orang lain bisa diartikan bermacam-macam tergantung pemaknaan dari orang tersebut. Akibatnya adalah pengertian ambiguitas, makna yang lebih dari satu tergantung orang yang membacanya atau mendengarnya.
Kata Duduk sampean ini tak ada hubungannya sama sekali dengan Kata Duduksampean, seseorang dari wilayah lain diluar Gresik dengar kata ini bisa memicingkan dahi karena ketidaktahuan mereka, namun bagi orang Gresik dan sekitarnya, kata Duduksampean justru tidak asing di telinga mereka, Duduksampean merupakan salah satu nama kecamatan di Kabupaten Gresik Jawa Timur yang letaknya di sebelah barat dari kecamatan Kebomas dan berbatasan dengan kecamatan Deket Lamongan. Pada jaman belanda dahulu daerah ini sudah dikenal dengan nama "doedoek"
Duduksampean dari berbagai sumber tidak ada keterangan yang rinci tentang asal muasal kata nama kecamatan ini, dalam buku Grisse tempoe doeloe dengan penulis Dukut Imam Widodo, nama kecamatan Duduksampean ini pun tak masuk kedalam tulisannya, justru dua desa saja yang disebutkan dalam buku ini yakni desa Tirem dan desa Gredek. kedua desa ini masuk dalam tulisan di buku tersebut dikarenakan sejarahnya diwaktu lampau seperti halnya desa-desa lain di kecamatan-kecamatan Gresik lainnya.
Minimnya informasi tentang sejarah kecamatan ini sungguh disayangkan apalagi generasi tua atau generasi pendahulu kita sudah banyak yang uzdur bahkan meninggalkan kita tanpa ada peninggalan-peninggalan catatan secara rinci tentang sejarah Duduksampean ini. Sedikit terhapusnya sejarah masa lalu Duduksampean ini juga bisa dilihat dari hilangnya peninggalan dan jejak masa lampau, memang tidak semua bangunan atau sebuah peninggalan masa lalu disebut sejarah, namun peninggalan tersebut merupakan bukti dari masa lampau yang seharusnya bisa kita jaga meski kita tidak bisa pungkiri akan kemajuan suatu peradaban.
Bagi yang mempunyai informasi tentang kecamatan ini khususnya masyarakat Duduksampean, mari kita berbuat sedikit pada daerah kita ini terutama sejarahnya demi generasi mendatang.
Berikut beberapa dokumen dari udara daerah Duduksampean dan sekitarnya dimasa tahun 1947, diambil dari situs angkatan laut kerajaan belanda.
Perempatan Bunder
Sungai perbatasan desa Ambeng-ambeng dengan desa Dalemrejo
Sungai sebelah barat desa Tebaloan, yang dimana sebelah barat sungai sudah menjadi tempat Stokpile batubara Yani Putra
Perempatan Bunder
Tikungan dan jembatan di desa Ambeng-ambeng
Sungai sebelah timur desa Tebaloan sebelum desa Tirem yang sekarang sebelah barat sungai sudah menjadi POM Bensin.
Sungai sebelah barat desa Tebaloan, yang dimana sebelah barat sungai sudah menjadi tempat Stokpile batubara Yani Putra
Ini adalah kondisi Kecamatan kita dahulu di tahun 1947, dimana saat itu pasar Duduksampean sudah ada, stasiun duduk juga sudah ada, yang berbeda adalah kampung Duduk di sebelah utara jalan raya yang dulunya rimbun pepohonan sekarang penuh dengan rumah. Sebelah timur desa duduk ini adalah desa Samir dimana tempat kita berada. sayangnya kami belum menemukan dokumen kondisi desa kita diwaktu lampau, yang terlihat dari kejauhan hanyalah pepohonan yang rimbun.
duduksampean...mantapp..
BalasHapusmantapp panase
BalasHapusyang benar duduksampeyan apa duduksampean bro?
BalasHapusdi literatur dan surat resmi duduksampean ga pake Y
BalasHapus